Saturday, January 21, 2012

KUBAYANGKAN SEMESTA ADALAH SEPOTONG HATIMU, PIY!




Piy, di malam itu kusyairkan lagu-lagu tualang sunyi. Mendamba gerimis jadi peri yang turun dari kayangan. Sebab segala cinta telah tersudut dalam rimba. Dari auman singa dan lolongan anjing
Lalu, aku duduk di antara munajat bukit. Di bawah pohon bidara yang keropos. Sambil meratapi semut yang terjungkal dan belalang yang kehilangan suara

Piy, tiba-tiba matamu yang kekunang-kunangan menggantung di celah luka malam. Menjinjit ke pundak bukit. Menyebarkan kuningmu ke altar-altar bebatuan.
Terlintas dalam angan: engkau memintal cahaya rembulan dengan sehelai hitam. Menjadi irisan hujan yang tergerai. Agar kesangsian tidaklah kekal dan langit kembali terlihat biru. Tetapi adakah rembulan kau bangkitkan dari sukmamu, setelah mentari terbit dari ufuk sukmaku?

Piy, siang malam telah aku lewati. Hayalanku tamat membayangkan semesta ini menjadi sepotong hatimu. Gersang menjadi subur. Pegunungan runcing menjadi gundukan-gundukan permata. Pohon-pohon rindang membuai segala mimpi.
Sementara aku adalah Adam yang pertama menghirup kesegaran udaranya. Tak ada gurun tandus, pengap, sesak, dan terhimpit. Karena aku tahu kehidupan dalam setiap hati adalah kehidupan cinta. Piy, rubahlah semesta ini menjadi sepotong hatimu agar semua manusia lembut meniti kehidupan.
2011
































































No comments:

Post a Comment